Senin, 24 Januari 2011

"Makan Bersama": Hubungan Erat Penuh Kasih

    "Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya..." (Ayub 42:11) merupakan bagian dari perikop tentang 'Keadaan Ayub dipulihkan' (Ayub 42:7-17).
    ".... dan makan bersama-sama dengan dia...." salah satu ciri seseorang yang hidup damai dan saling mengasihi adalah mereka akan bersedia untuk 'makan bersama'. Ternyata di dalam acara makan bersama itulah terjadi hubungan yang semakin dekat, persahabatan yang semakin erat, dan diperoleh persekutuan satu dengan yang lainnya.
    Yesus juga menerapkan prinsip ini. Yesus makan di rumah Zakheus untuk membangun hubungan dengan dia. Yesus makan dengan orang Farisi untuk dapat memberitakan kebenaran kepada mereka. Dan ketika Yesus datang ke rumah Marta dan Maria, Marta langsung memasak, karena kemungkinan Yesus sering makan di rumahnya. Bahkan sebelum Yesus ditangkap, Dia makan bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Setelah bangkit dari kubur, Yesus bertemu dengan beberapa murid di pinggir pantai dan menanyakan apakah ada makanan. Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di ruangan yang terkunci rapat setelah bangkit dan bertanya, "Apakah ada ikan untuk dimakan?" (Lukas 24:36-43; Yohanes 20:19-23). 
    Dan Yesus juga berkata, "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk dan mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku" (Wahyu 3:20). Oleh karena itu, rencanakanlah makan bersama bersama orang-orang yang mungkin sudah dekat dengan Anda, dan mulailah membangun hubungan dan mengembangkan hubungan yang penuh kasih.
    Kembalilah kepada suami atau istri Anda, anak-anak Anda yang mungkin sudah lama tidak Anda temui, kebarat Anda, dan pemimpin Anda. Ketika Anda hidup dalam 'hubungan yang erat dan penuh kasih' dengan orang lain, Anda akan mendapatkan berkat Tuhan. Anda akan dikenal baik oleh masyarakat, Anda akan disukai, Anda akan memiliki banyak teman, dan Anda sedang membukakan bagi diri Anda sendiri 'pintu-pintu' untuk mendapatkan berkat dari semua orang.

Senin, 10 Januari 2011

Antara Memancing Dan Menjala

Dalam dunia kekristenan, istilah "memancing" kalah populer dibandingkan "menjala."  Memancing dinilai tidak efisien karena menghabiskan waktu dan tenaga yang banyak, tetapi hasilnya sedikit.   Namun yang menarik, dalam Perjanjian Lama, Allah memakai istilah yang mirip dengan memancing. Dalam versi BIS tertulis: "Aku akan memasang kaitan pada rahangmu dan melekatkan ikan-ikan pada sisikmu. Lalu engkau Kutarik keluar dari Sungai Nil dengan segala ikan yang melakat pada sisikmu itu" (Yeh.29:4).  Dalam terjemahan AV, kata yang dipakai adalah "hook" yang artinya sama dengan pancing.  Dalam ayat ini Allah berjanji akan membebaskan bangsa Israel dari penindasan bangsa Mesir. Bayangkan betapa sakitnya! Allah menyelamatkan Israel tetapi dengan cara seperti menancapkan pancing pada mulut ikan.

Ketika Yesus memanggil para murid, Dia berkata kepada Simon Petrus dan Andreas "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia" (Mat.4:19; Mark.1:17).  Di sini Tuhan Yesus memilih kata "penjala".  Mengapa bukan "pemancing"? Karena akhir zaman sudah dekat.  Banyak manusia yang belum mengenal keselamatan.

Itu sebabnya harus ada upaya yang lebih efisien dan efektif untuk menjangkau lebih banyak orang.  Tehnik menjala harus digunakan oleh gereja karena laju pertambahan jumlah manusia sangat pesat, tetapi waktu kedatangan Tuhan sudah semakin dekat.  Masih banyak orang yang belum mendengar kabar keselamatan ini.
"Save the lost at any cost (Selamatkan yang terhilang, berapapun harganya)"