Minggu, 21 Agustus 2011

Pena Gembala Minggu, 21 Agustus 2011


Aku dan Keluargaku
“Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada Tuhan”
(Yosua 24:15)

              Hari ini adalah hari perhentian dimana setiap kita dapat menggunakan kesempatan untuk berbakti bersama-sama, baik orang tua maupun anak.  Bersama siapakah Anda beribadah pada hari ini?  Apakah anak-anak Anda juga ikut serta?
              Ketika Yosua telah lanjut usia, ia menasihati seluruh bangsanya (Yosua 24:1-15).  Antara lain ia mengingatkan agar jangan meninggalkan ibadah mereka kepada Tuhan yang telah memberikan pimpinan dan pertolongan sehingga mereka tiba di tanah perjanjian.  Yosua mengatakan bahwa dalam hal ibadah, ia dan seisi rumahnya akan beribadah kepada Tuhan. Bukan hanya ia sendiri, namun juga anak-anaknya dan seisi rumahnya (Yosua 24:15).
Pada masa sekarang ini dirasakan adanya kemerosotan keluarga yang beribadah bersama-sama. Banyak orang tua memberikan kebebasan bagi anaknya untuk memilih sendiri agamanya; tidak mengarahkan mereka untuk beribadah bersama orang tuanya.  Sungguh suatu sikap yang tidak tepat! Apabila Anda mengalami kasih Allah dalam Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan Anda, pastilah Anda akan berusaha agar seluruh anggota keluarga ikut beribadah hanya kepadaNya.
Ada seorang suami berkata:”Sungguh indah menikmati hadirat Tuhan saat aku bersama istri dan anakku beribadah di gereja ini”. Juga, seorang istri berkata:”Suasana sukacita bersama dengan keluarga saat memuji dan menyembah Tuhan bersama di Gereja!”. Baik suami ataupun istri dari keluarga tersebut telah merasakan indahnya beribadah bersama keluarga dan mereka adalah keluarga yang diberkati Tuhan!
Bagaimana dengan Anda? Mungkin Anda telah merindukan lama agar Anda dan keluargamu datang beribadah bersama berdoalah demikian: “Tuhan, saya berdoa untuk anggota keluarga saya yang belum menyerahkan diri kepadaMu, berilah jalan dan kesempatan agar mereka mengenal kasihMu, sehingga akhirnya seisi keluarga saya beribadah hanya kepadaMu, dalam nama Tuhan Yesus,Amin

Selasa, 26 April 2011

Gereja Yang Tangguh

    Kisah Para Rasul 11:19-30 memberikan satu gambaran tentang gereja mula-mula sebagai gereja yang tangguh menjadi cerminan gereja sekiarang ini.  Marilah kita lihat tiga ciri khas gereja yang tangguh menurut Kisha Para Rasul 11:19-30.
   Pertama, Gereja yang mengalami tantangan. "Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja" (KPR 11:19).
   Penganiayaan yang dialami oleh gereja mula-mula merupakan salah satu bentuk tantangan yang ada pada saat itu tetapi tantangan itu tidak membuat mereka menyangkal imannya, sebaliknya semakin banyak orang menjadi percaya dan bertobat justru karena perlakuan tidak manusiawi dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.
   Kita harus menjadi gereja yang siap mengalami tantangan! Ketika kita menghadapi tantangan, maka kita akan siap mengalami kemenangan! Bersyukurlah atas tantangan dan bersyukurlah juga atas kemenangan yang akan diraih! Rasul Paulus mengatakan," Syukur kepada Allah yang telah membawa kita ke jalan kemenangan-Nya".
    Kedua, Gereja yang memberitakan Injil.  "Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan" (KPR 11:20-21).
    Penyertaan Tuhan justru terjadi saat kita mengalami penganiayaan.  Meskipun fisik mereka didera habis-habisan, mereka tetap memberitakan Injil karena tangan Tuhan menyertai mereka. Kapan terakhir Anda memberitakan Injil?
    Ketiga, Gereja yang memiliki mental kaya.  "Seorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan, bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar.  Hal itu terjadi juga pada zaman Klaudius.  Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea" (KPR 11:28-29).
    Kalau ada di antara Anda pernah mengatakan bahwa ada gereja yang miskin, Anda telah keliru.  Tidak ada gereja miskin karena bapanya sama. Bapa kita adalah bapa yang kaya.  Marilah kita belajar bahwa kekayaan itu bukan berkaitan dengan materi, melainkan dengan hati.  Sukses tidak berkaitan dengan kondisi keuangan, tetapi dengan kondisi hati dan pikiran.  Kita harus mengatakan bahwa kita kaya setiap hari.  Sebab itu, milikilah mental kaya! 


Senin, 21 Maret 2011

MELALUI PERKATAANKU: APAKAH AKU SUDAH "DEWASA"?

MELALUI PERKATAANKU: APAKAH AKU SUDAH "DEWASA"?

Ada pepatah dari salah satu suku di negara kita, "Aji ning diri ana ing lati" artinya: kepribadian atau kedewasaan seseorang bisa dilihat dari 'lidahnya' atau perkataannya.
Tuhan mempunyai kerinduan bahwa setiap umatNya agar tidak hanya menjadi bayi rohani namun supaya dapat bertumbuh sampai menuju kedewasaan . Dan salah satu tanda bahwa seseorang bertumbuh menjadi dewasa yaitu mempunyai kemampuan untuk mengatur perkataannya. Memang hal ini tidak mudah karena lidah walaupun sangat kecil namun sulit ditaklukkan. Namun demikian Tuhan mempunyai harapan kalau kita bertumbuh maka kita akan mampu menguasai perkataan kita.

Ciri orang dewasa dalam perkataan:

1. Berbicara dalam waktu yang tepat, kalau kita adalah orang yang sudah dewasa dalam perkataan maka kita akan tahu kapan waktunya untuk berbicara tentunya dalam waktu yang tepat. Amsal 25:11.mengatakan Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak. Sehingga, orang yang mengucapkan perkataan yang tepat itu diibaratkan seperti apel emas di pinggan perak dalam arti sangat luar biasa. Seringkali perkataan yang kita ucapkan itu ditafsirkan salah, karena sebenarnya hanya waktunya yang tidak tepat. Sehingga dengan demikian hasilnya akan buruk. Misalnya seorang istri yang berbicara pada suami dalam waktu yang tidak tepat sehingga akan tidak maksimal. Sebab itu setiap kita harus dapat menahan emosi sehingga hasilnya akan tepat dan menghasilkan sesuatu yang maksimal.

2. Berbicara dengan isi yang bermanfaat (Yesaya 50:4) kalau kita sungguh dewasa maka dalam setiap perkataan yang keluar itu akan dapat membawa keuntungan serta manfaat bagi orang lain. Ketika kita mendengar firman maka disana telinga kita akan terlatih. Selain itu kita harus memperhatikan perkataan kita sehingga mereka yang mengalami masalah akan dikuatkan oleh perkataan kita.

3. Berbicara dengan cara yang tepat, seringkali orang tidak dapat menerima perkataan kita karena cara kita berbicara kurang sopan dan tidak berkenan. Amsal 15:1 mengatakan bahwa . Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. Yang dimaksud kata-kata yang lemah lebut adalah cara bagaimana kita berbicara dan menjawab orang lain. Karena itu orang yang dewasa perkataannya tidak hanya isinya yang bermanfaat tetapi cara bicaranya lemah lembut dan baik.

4. Berbicara dengan tepat dan dapat dipercaya Yakobus 5:12 disana dikatakan bahwa jika kita berbicara harus mengatakan ya jika ya dan mengatakan tidak jika tidak supaya kita jangan kena hukuman, selain itu kita tidak boleh bersumpah. Lalu mengapa orang sampai bersumpah? karena perkataannya tidak dapat dipercaya sehingga ia meyakinkan lawan bicaranya dengan sumpah. Karena itu perkataan kita harus dapat dipegang dan dipercaya oleh orang lain

Ketika kita dapat melakukan ke 4 hal diatas maka dampak yang kita alami adalah:

1. Kita akan memiliki hubungan yang baik dan menguntungkan. Amsal 22:11 dikatakan bahwa orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat Raja . Menurut survey kesuksesan dalam hidup ini 70 % ditentukan oleh hubungan. Sehingga dalam hal apapun kita harus dapat membangun hubungan yang baik sehingga mengubah dan menguntungkan kita.

2. Memiliki integritas (Yakobus 5:12). Karena perkataan kita baik dan benar, maka kita akan membangun image yang benar. Dimana apa yang kita katakan itu benar dan sesuai, termasuk saat kita berdagang biarlah kita juga selalu memiliki integritas

3. Merubah keadaan yang buruk menjadi baik. Di dalam setiap perkataan yang diucapkan ada kuasanya. Amsal 12:25 mengatakan bahwa kekuatiran dalam hati membungkukkan orang tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia Maksudnya orang yang perkataannya baik walaupun kondisinya kurang baik maka perkataannya mempunyai kuasa untuk merubah keadaannya. Manusia diciptakan Tuhan serupa dan segambar dengan Allah dan salah satunya adalah dalam perkataan. Allah mempunyai perkataan yang berkuasa untuk mencipta. Allah menciptakan langit bumi dan segala isinya hanya dengan berfirman. Sekalipun tidak sedahsyat dengan Allah namun tetap ada kuasa dalam perkataan.
Kesaksian: Ada seorang hamba Tuhan yang saat bertemu dengan saya selalu mengucapkan perkataan negatif sampai akhirnya keadaannya seperti yang ia katakan. Karena itu jangan pernah mengutuki keadaan kita, ucapkan perkataan iman, ucapkan selalu firman Tuhan.maka keadaan buruk akan menjadi baik

Senin, 24 Januari 2011

"Makan Bersama": Hubungan Erat Penuh Kasih

    "Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya..." (Ayub 42:11) merupakan bagian dari perikop tentang 'Keadaan Ayub dipulihkan' (Ayub 42:7-17).
    ".... dan makan bersama-sama dengan dia...." salah satu ciri seseorang yang hidup damai dan saling mengasihi adalah mereka akan bersedia untuk 'makan bersama'. Ternyata di dalam acara makan bersama itulah terjadi hubungan yang semakin dekat, persahabatan yang semakin erat, dan diperoleh persekutuan satu dengan yang lainnya.
    Yesus juga menerapkan prinsip ini. Yesus makan di rumah Zakheus untuk membangun hubungan dengan dia. Yesus makan dengan orang Farisi untuk dapat memberitakan kebenaran kepada mereka. Dan ketika Yesus datang ke rumah Marta dan Maria, Marta langsung memasak, karena kemungkinan Yesus sering makan di rumahnya. Bahkan sebelum Yesus ditangkap, Dia makan bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Setelah bangkit dari kubur, Yesus bertemu dengan beberapa murid di pinggir pantai dan menanyakan apakah ada makanan. Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di ruangan yang terkunci rapat setelah bangkit dan bertanya, "Apakah ada ikan untuk dimakan?" (Lukas 24:36-43; Yohanes 20:19-23). 
    Dan Yesus juga berkata, "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk dan mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku" (Wahyu 3:20). Oleh karena itu, rencanakanlah makan bersama bersama orang-orang yang mungkin sudah dekat dengan Anda, dan mulailah membangun hubungan dan mengembangkan hubungan yang penuh kasih.
    Kembalilah kepada suami atau istri Anda, anak-anak Anda yang mungkin sudah lama tidak Anda temui, kebarat Anda, dan pemimpin Anda. Ketika Anda hidup dalam 'hubungan yang erat dan penuh kasih' dengan orang lain, Anda akan mendapatkan berkat Tuhan. Anda akan dikenal baik oleh masyarakat, Anda akan disukai, Anda akan memiliki banyak teman, dan Anda sedang membukakan bagi diri Anda sendiri 'pintu-pintu' untuk mendapatkan berkat dari semua orang.

Senin, 10 Januari 2011

Antara Memancing Dan Menjala

Dalam dunia kekristenan, istilah "memancing" kalah populer dibandingkan "menjala."  Memancing dinilai tidak efisien karena menghabiskan waktu dan tenaga yang banyak, tetapi hasilnya sedikit.   Namun yang menarik, dalam Perjanjian Lama, Allah memakai istilah yang mirip dengan memancing. Dalam versi BIS tertulis: "Aku akan memasang kaitan pada rahangmu dan melekatkan ikan-ikan pada sisikmu. Lalu engkau Kutarik keluar dari Sungai Nil dengan segala ikan yang melakat pada sisikmu itu" (Yeh.29:4).  Dalam terjemahan AV, kata yang dipakai adalah "hook" yang artinya sama dengan pancing.  Dalam ayat ini Allah berjanji akan membebaskan bangsa Israel dari penindasan bangsa Mesir. Bayangkan betapa sakitnya! Allah menyelamatkan Israel tetapi dengan cara seperti menancapkan pancing pada mulut ikan.

Ketika Yesus memanggil para murid, Dia berkata kepada Simon Petrus dan Andreas "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia" (Mat.4:19; Mark.1:17).  Di sini Tuhan Yesus memilih kata "penjala".  Mengapa bukan "pemancing"? Karena akhir zaman sudah dekat.  Banyak manusia yang belum mengenal keselamatan.

Itu sebabnya harus ada upaya yang lebih efisien dan efektif untuk menjangkau lebih banyak orang.  Tehnik menjala harus digunakan oleh gereja karena laju pertambahan jumlah manusia sangat pesat, tetapi waktu kedatangan Tuhan sudah semakin dekat.  Masih banyak orang yang belum mendengar kabar keselamatan ini.
"Save the lost at any cost (Selamatkan yang terhilang, berapapun harganya)"